PALANGKA RAYA – Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik, per Agustus 2015 Provinsi Kalimantan Tengah mengalami deflasi 0,28 persen dan berada diurutan keenam se-Indonesia.
Pencapaian peringkat enam dari 33 provinsi se-Indonesia ini merupakan hasil kerja keras semua pihak yang tergabung di Tim Penanggulangan Inflasi Daerah (TPID), kata Kepala BPS Kalteng Sukardi di Palangka Raya, Selasa (1/9/2015).
“Kita tahu bersama kondisi ekonomi Indonesia sedang melambat dan nilai tukar rupiah melemah, tapi Kalteng masih bisa mencapai deflasi. Semua pihak harus mengapresiasi pencapaian ini,” tambah Sukardi.
Deflasi pada Agustus 2015 tersebut merupakan gabungan dari Kota Palangka Raya yang mengalami deflasi sebesar 0,67 persen dan kota Sampit terjadi inflasi sebesar 0,42 persen.
Sukardi mengatakan, deflasi di Palangka Raya karena adanya penurunan indeks harga diempat kelompok. Mulai dari bahan makanan 1,23 persen, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,12 persen, sandang 0,88 persen dan kelompok transportasi, komunikasi serta jasa keuangan 2,16 persen.
“Kalau inflasi di Sampit karena kenaikan harga cabe rawit, biaya akademisi/perguruan tinggi, beras, biaya sekolah, dan kacang panjang. Tapi, inflasi ini tidak mempengaruhi deflasi di Kalteng,” kata dia.
Dia mengatakan, dari 33 provinsi yang menghitung perkembangan indek harga konsumen atau inflasi, 11 di antaranya mengalami deflasi. Deflasi tertinggi provinsi Maluku, 1,52 persen, Kalimantan Barat 0,83 persen, Sulawesi Tengah 0,75 persen dan Nusa Tenggara Timur 0,73 persen.
Provinsi yang mencapai deflasi lainnya yakni Papua 0,64 persen, Sulawesi Utara 0,53 persen, Kalteng 0,28 persen, Aceh 0,25 persen, Sulawesi Barat 0,20 persen dan Kalimantan Timur 0,06 persen.
“Kalau inflasi tertinggi itu berada di Provinsi Bengkulu yang mencapai 1,99 persen, Maluku Utara 1,56 persen, Kepulauan Bangka Belitung 1,19 persen,” demikian Sukardi. (ant/010915/beritasampit.com)