PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Tengah Rawing Rambang menyebut penurunan harga karet maupun tandan buah segar sawit akibat melemahnya rupiah terhadap dolar, masih wajar bahkan lebih baik jika dibandingkan komoditi lain.
“Harga getah karet dihasilkan petani yang ada di Kalteng ini jika langsung diantar ke pabrik masih berkisar Rp10 ribu hingga Rp11 ribu per kilogram,” kata Rawing di Palangka Raya, Senin (14/9/2015).
Dia menambahkan getah karet di pabrik tersebut memang turun menjadi Rp5 ribu hingga Rp6 ribu per kilogram di tingkat pengumpul. Tapi, harga itu masih wajar jika dibandingkan komoditi lainnya.
Sedangkan tandan buah segar kepala sawit, Disbun Kalteng mencatat, harga untuk tingkat plasma mencapai Rp1.080 per kilogram, dan di masyarakat masih berkisar Rp700 sampai Rp800 per kilogram.
Rawing mengatakan tidak terlalu anjloknya harga getah karet dan tandan buah segar kelapa sawit karena merupakan komoditi primer, sehingga pelemahan rupiah terhadap dolar tidak terlalu berpengaruh.
“Penyebab menurunnya harga dua komoditi itu bukan karena melemahnya rupiah terhadap dolar, melainkan Defaluasi Yuan yang dilakukan Pemerintah Tiongkok. Ini yang membuat harganya turun. Tapi, masih wajar,” kata dia.
Kepala Disbun Kalteng itu mengakui penurunan harga getah karet maupun tandan buah segar kelapa sawit, sangat mempengaruhi bahkan memberatkan ekonomi masyarakat di provinsi berjuluk “Bumi Tambun Bungai” ini.
Dia mengatakan kondisi tersebut menjadi perhatian pemerintah pusat dan sekarang ini sedang berupaya memperbaikinya, sehingga masyarakat harapannya dapat bersabar dan tetap optimis harga getah karet maupun tandan buah segar kelapa sawit akan kembali normal.
“Kita mengerti apa yang dirasakan masyarakat, khususnya yang penghasilan utamanya dari dua komoditi itu. Tapi kondisi ini kan tidak hanya di Kalteng, melainkan seluruh Indonesia bahkan di beberapa Negara lain. Yakinlah, kondisi ini akan segera teratasi,” kata Rawing. (ant/140915/beritasampit.com)