SAMPIT – Dalam beberapa hari terakhir yaitu dari Senin (3/1) hingga Rabu (6/1), Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sampit menerima sedikitnya lima laporan gangguan satwa dari masyarakat. Kepala BKSDA Sampit, Muriansyah, mengungkapkan, dari lima laporan yang masuk tersebut, empat laporan terkait dengan gangguan orangutan dan satu laporan adanya gangguan beruang madu.
“Gangguan orangutan di empat lokasi. Yaitu satu lokasi di Desa Rawa Sari, Kecamatan Pulau Hanaut, satu lokasi di Kotabesi dan dua lokasi di Jalan Lingkar Utara. Kemudian gangguan beruang madu di Jalan Lingkar Selatan dekat pemukiman,” Rabu (6/1).
Disampaikan Muriansyah, Selasa (5/1) pihaknya telah melakukan observasi lapangan terhadap gangguan satwa beruang madu. “Beruang madu tidak ditemukan, lokasi dekat pemukiman dan hutan sudah tidak ada, hanya semak belukar,” terangnya.
Sedangkan hari ini, Rabu (6/1) rencananya pihaknya akan melakukan observasi lapangan ke Jalan Lingkar Utara. “Kami menghimbau, warga untuk berhati-hati saat beraktivitas di kebun atau ladang, terutama di lingkar kota sebelah utara dan selatan Sampit,” tandasnya.
Dia juga meminta masyarakat untuk melaporkan kepada BKSDA Sampit apabila ada melihat atau berjumpa dengan satwa orangutan dan beruang. “Untuk warga yang berada di sekitar Pulau Lepeh dan Pulau Hanaut, untuk berhati hati saat beraktivitas di tepi sungai. Januari sampai dengan Juni aktivitas buaya meningkat,” tandasnya.
Selain itu, Muriansyah juga mengharapkan Pemkab Kotim meningkatkan perhatian terhadap satwa liar. “Sebab setiap tahun laporan gangguan satwa liar, translokasi dan rescue selalu meningkat. Ini membuktikan habitat dan ekosistem hutan di Kotim sudah rusak,” pungkasnya. (Saf/Beritasampit/060116)