Penjahit di Pasar Berdikari Sampit.
SAMPIT-Banyaknya produksi pakaian jadi siap pakai membuat minat masyarakat untuk membuat pakaian ke penjahit saat ini semakin berkurang. Akibatnya usaha menjahit semakin kalah bersaing dengan pedagang pakaian jadi.
”Sudah beberapa tahun belakangan ini pelanggan lebih suka membeli pakaian jadi. Memang pakaian jadi harganya lebih murah kalau dibandingkan dengan menjahit bahan,” ujar Budi (47), salah seorang pemilik usaha menjahit di kompleks pasar Berdikari Sampit, Selasa (17/05).
Menurut Budi, meski harga pakaian jadi lebih murah dari menjahit bahan ke tukang jahit, tetapi membuat baju atau celana ke tukang jahit jauh lebih terjamin kualitasnya, ukurannya pas dengan pamakai dan modelnyapun bisa disesuaikan.”Kelebihan dari pakaian jadi mungkin dilihat dari harganya yang murah dan bisa langsung dipakai. Tapi pada akhirnya juga kebanyakan pelanggan masih mengandalkan penjahit, baik untuk mengecikan atau merombak pakaian yang baru dibeli,” kata Budi.
Meski sangat bersyukur masih mempunyai pelanggan setia, Budi juga mengakui sepinya pelanggan ini juga terjadi pada saat menjelang lebaran atau memasuki tahun ajaran baru”Bukan celana atau baju yang siap pakai, sekarang murid sekolah juga tidak lagi menjahitkan sergam sekolah ke penjahit. Mereka kebanyakkan membeli pakaian jadi, karena banyak toko yang menjual pakaian seragam sekolah dengan harga terjangkau,” ungkap Budi.
Hal senada disampaikan Arif, owner Penjahit Warna di kawasanPasar Inpres Sampit. Menurut Arif, pelanggan terbanyak saat ini hanya datang dari perusahaan perkebunan atau instansi pemerintah. Meski ada dari kalangan masyarakat biasa, namun jumlahnya tidak terlalu banyak.”Biasanya dalam satu tahun beberapa kali kami dapat borongan pakaian dari perusahaan perkebunan dalam jumlah lumayan dan pembuatan pakaian seragam pegawai. Sedangkan masyarakat biasa agak jarang, walaupun ada kebanyakan mereka adalah pelanggan tetap kami,” papar Arif.
Arif juga menjelaskan, upah yang dikenakan untuk satu stel pakaian (celana dan baju) berkisar antara Rp170 ribu-Rp 180 ribu, belum termasuk bahan. Jika hanya memotong rok atau celana dipatok Rp 10 ribu. Sedangkan mengecilkan pakaian seragam ia mematok harga Rp 10 ribu- Rp 25 ribu per potong. Harga itu sama diberlakukan diseluruh rekannya sesama penjahit.”Kebanyakkan pelanggan membawa bahan sendiri untuk di jahitkan dengan upah Rp180 ribu per stelnya, sedangkan untuk jas resmi kami bandrol Rp. 1,5 juta per stel,” pungkas Arif.(jun/beritasampit.com)