Ini Pengakuan Korban Selamat Tragedi Tenggelamnya KM Dolphin

    Ini Pengakuan Korban Selamat Tragedi Tenggelamnya KM Dolphin

    PANGKALAN BUN – Sedahsyatnya musibah apapun yang diazabkan Tuhan Yang Maha Pencipta, kepada mahluk hidupnya seperti  manusia, tidak akan dibinasakan semuanya pasti ada yang masih diberikan umur panjang, alias hidup. Seperti nasib 11 orang anak buah kapal  (ABK)  KM Nusantara Dolphin. Dari jumlah ABK 14 orang, kini tinggal 11 orang, karena yang satu tewas dan dua ABK lainnya masih dalam pencarian.

    “Alhamdullilah Pak, saya dan sepuluh teman-teman masih hidup. Jumlahnya yang selamat sebelas orang berikut saya,”  kata Jago Santoso Wibowo,  nakhoda kapal kepada sejumlah wartawan di Kumai, Rabu (22/6).

    Awalnya anak muda yang baru berusia 26 tahun telah menjadi nakhoda kapal, enggan untuk menceritrakan tragedi maut yangmenimpa kapalnya KM Nusantara Dolphin 1558 tenggelam kedasar laut. “Setelah kapal oleng dihantam gelombang, diwarnai hujan dan suara petir, tiba-tiba kapal bagaikan disedot arus kedasar laut. Hanya hitungan detik, kapal langsung tenggelam,”ungkap Jago Santoso.

    Menurut Jago, saat berangkat dari Gresik, Jumat pagi, cuaca bagus saja cerah, juga saat masuk ke perairan laut Kalimantan cuaca sama cerah.Tapi menjelang sore hari, cuaca bergantian ada mendung dan cerah, namun saat kapal masuk ke perairan laut Kumai, tiba-tiba awan mendung dan turun hujan.

    Tidak lama kemudian, gelombang laut pun mulai membesar,sehingga kapal oleng ke kiri dan ke kanan. “Menjelang malam,sekitar jam 19.30 WIB  cuaca semakin ekstrem, selain hujan angin dan suara petir, juga gelombang ombak semakin tinggi sesekali menghantam kapal,” ujarnya.

    Tiba-tiba posisi kapal yang oleng ke kiri-ke kanan, langsung tenggelam bagikan disedot arus. “Disaat itulah semua ABK panik,termasuk saya dan sebelum kapal tenggelam teman-teman yang saling memegang tangan langsung meloncat ke laut,” jelasnya.

    “Lebih dari 15  jam saya dan teman-teman terus terapung di atas lautan, karena memakai baju pelampung, sesekali dalam benak saya semoga ada kapal nelayan yang mendekat, karena pulau pesisir Kumai sudah kelihatan. Alhamdulillah setelah lewat perariran laut senggora, ada nelayan yang berhasil menemukan saya dan kesepuluh teman lainnya,”  ujar M Romzi (23), jurumudi  kapal yang keadaanya masih tampak trauma.

    “Seumur hidup, saya baru mengalami betapa mengerikannya kecelakaan di atas kapal kemudian diterjang gelombang laut yang dahsyat, lalu gelap gulita, disambut hujan angin, kemudian harus mencebur ke laut. Astgafirullah, tidak membayangkan saya masih bisa hidup.Ya .. Allah, terimakasih… Alhamdulllilah saya masih bisa hidup,” ungkap M Romzi. (man/beritasampit.com)