PANGKALAN BUN–Hari Raya Idulfitri 1437 H sudah lewat seminggu lebih satu hari, namun sampai Kamis (14/7) suasannya masih nampak ada yang diliputi keharuan, khususnya bagi mereka yang menjadi tahanan. Baik tahanan Polres maupun tahanan/napi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Pangkalan Bun,karena di hari-hari perayaan Idulfitri mereka tidak bisa berkumpul dengan keluarga,justru mendekam dalam teralis besi.
Seperti diungkapkan salah seorang napi Lapas Kelas II B Pangkalan Bun, sebut saja Bonar (bukan nama sebenarnya), yang lerlibat kasus pemakai narkoba jenis sabu, ketika dikunjungi keluarganya Kamis (14/7), dia langsung menagis terharu.
“Saya menyangka keluarga tak mungkin datang ke Lapas, karena saya tunggu di hari-hari sesudah lebaran, tak ada satupun keluarga yang datang.Tapi ternyata setelah lebaran delapan hari,keluarga datang juga menjenguk saya,” kata Bonar. “Nyabu, apa nikmatnya justru, mana tahan sakitnya dipenjara,” jawab Bonar,kepada keluarganya.
Dan Bonar pun, sebelum tertangkap Polisi membeberkan keterlibatannya, sebagai pengguna sabu-sabu. “Karena ingin nyoba memakai sabu saya beli Rp300 ribu, kata teman saya kalau sudah nyabu badan rasanya enak. Tapi saat akan dicoba, ternyata sulitnya setengah mati,” ujarnya.
Karena harus mencari lokasi yang aman, jauh dari keramaian orang, alias ngumpet, kemudian menyediakan peralatannya,seperti bekas botol plastik air mineral untuk air, sedotan platik. Kalau sudah lengkap baru direkayasa dibuat semacam seperti teko air ada sedotannya, kemudian mencari korek gas,dan tabung kaca kecil, buat memasukan serbuk sabu-sabu kemudian dibakar oleh api kecil, dan uapnya disedot melalui sedotan plastik yang telah dipasang pada botol air mineral. “Kata siapa nyabu itu enak,nikmatnya itu bohong,” tegas Bonar, disampaikan kepada keluarganya.
“Justru akibat nyabu badan rasanya tidak keruan, jantung berdetak kencang, karena merasa kebal, perut kembung dan mual. Apa lagi kalau mau kencing terasa sakit, dan susah tidur, nafsu makan pun hilang. Pokonya tidak ada manfaatnya nyabu itu. Justru kalau sudah tertangkap dijebloskan ke dalam tahanan, sehari rasanya satu tahun. Dan penuh dengan penyesalan,” keluh Bonar.
Terpisah Ismail Mudiansyah SH MH, salah seorang pengamat hukum dari Banjarmasin, saat bertemu beritasampit.com di Bandara Isklandar Minggu (14/7) mengatakan, awak media perlu membantu menulis tentang sakitnya orang dipenjara.
Untuk mengantisipasi generasi muda khusunya pelajar, agar tidak terlibat narkoba, selain ada pengarahan atau evaluasi rutin dari penegak hukum dan petugas BNK Kabupaten kesetiap sekolah,juga perlu adanya semacam barita/artikel tentang nasib tersangka kasus narkoba yang ditahan di LP.(man/beritasampit.com)