SAMPIT-Sungguh memprihatinkan apabila informasi yang dikemukakan anggota DPRD Kotim ini benar adanya. Demi memasukkan anaknya ke sekolah favorit, ada orang tua yang rela merogoh koceknya cukup dalam.
Hal itu diungkapkan Sutikno, anggota DPRD Kotim dari Komisi III dalam rapat dengar pendapat Komisi III bersama Dinas Pendidikan Kotim serta para kepala sekolah, yang merasa apa yang menjadi masalah klasik setiap tahun ajaran baru terjadi pungutan liar, masih sulit untuk di hilangkan.
“Ada keluhan dari masyarakat ada yang datang ke DPRD dan langsung menghubungi masalah pungutan liar, apakah kepala sekolah tahu atau pura-pura tidak tahu. Saya mau berkomentar disini karena ada orang tua yang mau pinjam duit untuk sekolah anaknya,” ungkap Sutik.
Bahkan yang membuat dirinya sangat prihatin, untuk masuk sekolah unggulan dari pengakuan apra orang tua murid tersebut, jika tidak memiliki uang sebesar Rp10 sampai Rp15 juta, tidak akan bisa masuk di sekolah favorit di Kotim ini.
“Saya tidak mau menyebutkan sekolahnya, karena saya juga mau minta kwitansi dan rekamannya mereka orang tua siswa, mereka tidak mau karena takut anaknya tidak masuk kesekolah itu,”ujarnya.
Masalah ini harus bisa disikapi dengan tegas oleh Dinas Pendidikan selaku instansi yang menaungi pendidikan di Kotim ini, apalagi dengan adanya pungutan yang jumlahnya begitu fantastis, tentunya sangat memberatkan masyarakat dan juga mencoreng nama baik dunia pendidikan itu sendiri di Bumi Habaring Hurung ini. “Bahkan satu kelas diprioritaskan itu, bagi yang memiliki nilai rendah diwajibkan membayar Rp15 juta, sangat tidak masuk akal,” tegas Sutik.
Hal lainnya yang menjadi sorotan poilitisi Garindra tersebut, terkait ada siswa yang turut terjun ke lapangan mencari tambahan dana untuk kegiatan ekstra kurikuler, padahal di usia mereka yang masih dini seharusnya diajarkan pendidikan yang baik, bukan diajarkan untuk mencari dana dengan berkeliling ke masyarakat.
“Ada anak-anak membawa proposal keliling ke kampung minta sumbangan untuk ekstra kurikuler, tolong dihentikan kalau bisa dikoordinir komite atau bagaimana, jangan diajari anak kecil bersekolah untuk sumbangan keliling,” tandasnya. (bro/beritasampit.com)