SAMPIT- Sudah menjadi tradisi setiap tahun memasuki 10 muharram, kita akan melihat warga di sejumlah wilayah di Kota Sampit membuat bubur asyura. Rasa khas dengan aneka macam rempah menjadikan bubur tersebut selalu menjadi rebutan warga, mereka rela mengantre demi mendapatkannya.
Salah satunya sajian bubur asyura yang dilakukan secara sukarela oleh keluarga Idar (53), warga jalan Juanda Kelurahan Mentawa Baru Hilir, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, selasa (11/10).
Membuat bubur asyura bukan hal yang asing lagi bagi Idar dan istrinya, karena sudah hampir 12 tahun lebih keluarga ini membuat bubur tersebut setiap memasuki tahun muharram.
“Setiap tahun kami membuat bubur ini, dan biasanya memang tepat pada 10 muharram. Biar banyak warga yang menikmatinya, biasanya kami mengolah sebanyak 15-20 kilogram beras, dan Alhamdulillah banyak warga yang menyukai bubur yang kami oleh ini,” Ungkap Idar.
Cara pembuatan bubur tersebut memang terbilang cukup memakan waktu. Selain itu untuk bahan pembuatannya sendiri juga sangat istimewa, yang mana banyak bahan serta rempah-rempah yang dicampurkan, diantaranya beras, bawang merah, bawang putih, kapulaga, merica, dan bahan rempah lainnya.
Kemudian, agar rasa bubur tersebut lebih legit, biasanya ditambahkan dengan kaldu ayam atau daging sapi, margarin dan santan kelapa. Kemudian untuk memperkaya rasa pada bubur, tidak lupa mereka juga mencampurkan sayur mayur, daging sapi dan ayam, dengan 15-20 kilogram beras, biasanya daging yang dicampur sebanyak 3 kilogram dan ayam sebanyak 4 kilogram.
“Sambil kita aduk-aduk, bahan dimasukan satu persatu. Apinya juga harus besar biar beras cepat hancur dan menjadi bubur,”katanya.
Diakui Idar, tahun 2016 ini dirinya cukup beruntung karena ada beberapa dermawan yang membantu dirinya, baik itu dari pendanaan, bahan maupun barang untuk memasak yang dibutuhkan. “saya bersyukur, tahun ini dapat bantuan secara sukarela warga yang ingin berbagi membuat bubur ini,” ucapnya.
Setelah hampir dua jam lebih lamanya akhirnya proses pengolahan bubur selesai, warga yang sudah lama mengantre secara bergantian menyerahkan tempat makanan yang mereka bawa, tidak sampai satu jam, bubur yang diolah begitu banyaknya habis tak bersisa.
“Silaturahmi ini yang kami cari, melihat warga, teman dan kerabat bahagia menikmati bubur ini, kami pun juga cukup puas dan bahagia. Tradisi ini akan kami jaga terus setiap tahun untuk bisa berbagi bersama masyarakat,” tandasnya (Ilm)