Petani di Desa Jaya Kelapa pinggiran Jalan Ali Badrun Maslan, sedang membersihkan tanaman padi semainya dari tumbuhan rumput liar dan akan menanamnya kembali menunggu surut air di lahan itu.
SAMPIT – Tingginya curah hujan yang terjadi di Bulan November tahun 2016 ini, mengakibatkan tanaman padi Oktober- Maret 2016-2017 di Desa Jaya Kelapa dan Kelurahan Basirih Hilir Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS) Kabupaten Kotim, terendam banjir yang diperkirakan seluas 75 hektare sawah.
Kepala Balai PenyuluhanPertanian (BBP) Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS) RA Basuki membenarkan, bahwa tanaman padi siam epang yang baru ditanam sekitar satu minggu oleh petani setempat terendam banjir, selain itu kawasan pertanian yang rendah dan berbentuk cekung, akibatnya dengan curah yang cukup tinggi ditambah dengan pasang air sungai yang juga tinggi, membuat banjir tidak bisa dihindari lagi.
“Persawahan di dua desa ini memang datarannya rendah dan cekung, kita harap hujan tidak terus-terusan mengguyur di wilayah selatan ini sehingga rendaman air bisa surut,” ujarnya.
Meski terendam air, tapi diakui Basuki tidak berpengaruh pada kerusakan tanaman padi, karena di kawasan itu merupakan wilayah pasang surut dan keluar masuk air ke anak sungai masih cukup lancar.
Selain itu, ternyata air yang merendam puluhan hektare tersebut, ternyata juga dimanfaatkan oleh para petani, bahkan sebagian petani ada yang mengolah lahannya dengan menyemprotkan Insektisida atau racun rumput dicampur perekat agar bila turun hujan kadar racun bisa merekat dan tidak hilang.
Para petani juga melakukan penyemaian di atas gundukan sawah yang tinggi, untuk mengantisipasi agar benih semaian mereka tidak terendam.
“Handil Sohor, Samuda Kecil, Samuda Besar, Sebamban dan Sei Ijum Raya, mereka (petani) mulai melakukan semai dan pengolahan lahan. Tanam serentak diperkirakan Desember-Januari 2016,” Kata Basuki.
Sekadar diketahui, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan (MHS) Kabupaten Kotim (Kotim), memiliki lahan pertanian yang potensial sekitar 3.500 hektare. Untuk lahan padi sawah sekitar 2.700 hektare dan padi ladang sekitar 800 hektare.
- Basuki menerangkan, luasan tanam tahun diprediksi berkurang untuk padi ladang, karena adanya larangan membakar lahan. Sehingga para petani hanya bisa melakukan pengolahan dan menggarap lahan yang sawah sudah jadi. (mar/beritasampit.com)