SAMPIT – Karet masih menjadi penopang perekonomian masyarakat lokal di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), selain kelapa sawit dan rotan, karet masih jadi komuditas unggulan dikarenakan banyaknya masyarakat lokal yang mempunyai kebun karet yang didapat dari warisan turun-temurun dan budidayanya tergolong mudah.
Beberapa tahun belakangan harga karet sempat anjlok sampai kisaran harga terendah Rp 3.500 per kilogram, akibatnya para petani karet banyak yang menjerit, mereka pun memilih dengan beralih pekerjaan menjadi buruh di perusahaan, ada yang menganggur dan ada pula yang mengalih fungsikan kebunnya menjadi kebun kelapa sawit dengan cara menebang habis kebun mereka.
Sekarang harga karet sudah kembali dapat dirasakan hasilnya, dan tingkat kesejahteraan petani karet pun mulai meningkat. Saat ini harga jual karet sudah berada di kisaran Rp. 9.000 per kilogram, naik sekitar Rp 4.000. Tentunya hal ini di sambut baik oleh petani karet yang memang bertumpu pada sektor tersebut.
“Saya bersyukur kenaikan harga karet saat ini, terima kasih kepada pemerintah yang sudah bisa mengangkat harga karet walau pun belum mencapai harga tertinggi, karena di tahun 2012 dulu harga karet sempat mencapai harga Rp. 20.000 per kilogram” ujar Udin (50) salah seorang petani karet di Desa Tinduk Kecamatan Baamang, senin (30/1/2017).
Setelah sekian lama para petani menderita dengan anjloknya harga karet, dirinya berharap pemerintah bisa mempertahankan harga tersebut, jangan sampai hanya sesat mengalami kenaikan, kemudian kembali merosot.
“Semoga saja Pemerintah dapat menjaga kestabilan harga karet dan jangan sampai anjlok lagi,” pungkasnya. (rzl/beritasampit.co.id)