Ditulis: Yusup Roni,S.Pd (Kepala Desa Habangoi, Kecamatan Petak Malai, Kabupaten Katingan)
“POKUMAN LACA AHPUI”
Pokuman Laca Ahpui atau memberi makan Raja Api adalah Ritual Adat masyarakat kami Dayak Ot Danum, sebuah ritual adat untuk memberikan sesajen berupa hewan kurban yaitu: seekor Manuk Ohang (Ayam yang yang bulunya dominan warna merah) dan seekor Manuk Bangau (anak ayam bulunya putih), untuk acara nyahki-malas atau membersihkan sebuah tempat atau rumah yang telah terjadi kebakaran supaya tidak terjadi kebakaran lagi ditempat itu.
Adapun prosesnya hewan korban, seekor ayam Ohang tadi dimasak dan dijadikan sesajen yang ditaruh diatas sebilah bambu yang disebut ‘Kolakang’ sebagai wadahnya, tinggi kolakang sekitar 2 meter dari permukaan tanah.
Seekor anak ayam putih tadi dikuburkan didalam tanah sebagai sesajen didalam tanah yang kemudian ditutup menggunakan papan dan tidak boleh dikubur langsung tertutup oleh tanah, sedangkan ayam merah tadi sebagai sesajen diatas tanah ditaruh diatas kolakang yaitu diambil sedikit-sedikit semua bagian tubuh dan isi perutnya juga dibuatkan Sihpa (sirih), Luhku (roko), Boram (tuak), nasi putih, nasi ketan dan sesajen lainnya.
Tuhkang Tawui (Pisur/Juru Kunci) dalam proses ritual ini, akan berbicara dalam bahasa kami Dohoi sambil nawui-nacah (berbicara sambil melempar darah ayam yang telah dicampur dengan beras), selanjutnya pisur memanggil Laca Ahpui dan roh-roh alam sekitar supaya menerima persembahan sesajen tadi agar tidak ada lagi peristiwa kebakaran ditempat ini.
Ritual ini dilakukan secara turun-temurun pasca terjadi kebakaran yang tidak diinginkan, sebab bagi masyarakat kami yang masih memengang teguh Adat-Istiadat masih melakukan ritual ini dalam rangka menolak bala atau menolak kesialan menimpa rumah juga kampung halaman.
Masyarakat kami meyakini bahwa setiap terjadi permasalahan besar baik disegaja atau tidak disengaja pasti ada hubungannya dengan dunia lain maupun alam sekitar yang tidak kasat mata atau roh jahat yang Nyorupang (merasuki) raga manusia saat dia lemah iman ataupun pikiran kosong.
Insert foto :
Prosesi Ritual ‘Pokuman Laca Ahpui’ dilokasi kebakaran : Mess Desa, Balai Desa dan Posyandu Desa Tumbang Habangoi.
Disebelah kiri atas tempat ini pernah berdiri ‘Balai Basarah Kaharingan’ juga terjadi kebakaran ditahun 2007 dan tidak dilakukan ritual ini, setelah kejadian kebakaran kedua kali ini dilokasi yang sama maka atas saran dan masukan dari para tetua kampung, bahwa kami harus melaksanakan ritual ini agar tidak lagi terjadi kebakaran dikemudian hari ditempat ini.
Tuhkang Tawui (juru kunci) yang melakukan ritual ini adalah kakek kami Situn Mamut atau panggilannya sehari-hari akrab disebut Amai Kudi.
Saat ini hanya sedikit orang tua yang bisa melakukan ritual ini, sebab tidak banyak yang mempelajarinya dikarenakan arus modernisasi sampai kepelosok desa sehingga banyak anak muda bahkan orang tua yang enggan untuk belajar atau melestarikan Adat-Budaya warisan leluhur yang sangat sakral ini.
Alumni : Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) sekarang juga menjabat Ketua DPD PA GMNI (Dewan Pengurus Daerah – Persatuan Alumni – Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) Provinsi Kalimantan Tengah.
(Kwt/beritasampit.co.id)