​Sepuluh Tahun Petani Terisolir, Korban Kerusuhan Perlu Bantuan

    SAMPIT – Miris melihat kehidupan Mad Jafar cs yang sebelumnya memiliki beberapa bidang tanah di Kecamatan MB Ketapang, Kabupaten Kotawaringin Timur.

    Pria yang sudah berusia enam puluh tahun ini bersama lima rekannya masih berjuang hidup menjadi petani makmur di Kota Sampit.

    Bersama Pak Tris 61 dan empat rekan lainnya, para korban kerusuhan sampit yang kini harta bendannya dirampas oleh orang lain itu terpaksa bertani dilahan pinjaman milik orang lain di komplek jalan Pelita Barat, Kelurahan Ketapang,tepatnya di jalan Bawi Jahawen.

    Saat ditemui beritasampit.co.id Jafar bersama para rekannya yang berprofesi sebagai petani sejak 2007 pasca kerusuhan itu sampai saat ini tidak pernah mendapatkan bantuan sedikitpun dari pemerintah daerah terkait usaha yang di akui mereka hanya untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari itu.

    “Kita ada sekitar enam orang disini, kami sejak 2007 setelah kerusuhan sudah bertani disini, banyak macam jenis sayuran yang kami produksi untuk membantu kebutuhan pokok warga di sampit ini,siapa saja yang datang kesini kami jual murah saat sudah panen,” ungkapnya saat dibincangi di lapangan Sabtu (13/5/2016) tadi siang.

    Namun sayang menurutnya selam ini mereka tidak terbina, sehingga hasil pertanian yang benar-benar mereka kelola meskipun dilahan orang lain ini tidak menghasilkan olahan jenis dengan nilai bagus.

    “Selain kami kekurangan dana untuk membeli pupuk, kami juga tidak ada peralatan bertani seperti yang orang-orang pakai dengan menggunakan mesin untuk bertani, hasil tani kami juga tidak bisa sebesar milik kelompok tani disini, karena memang kami hanya memakai alat manual saja,” terangnya.

    Senada dengan Jafar, Tris juga mengatakan hal yang sama,selama ini mereka hanya mengandalkan pembeli dari luar dan berdagang sendiri ke daerah pasar-pasar tradisional di Sampit untuk menjajakan hasil perkebunannya.

    “Kita tidak punya tempat menjual agen khusus atau pemesan, kami hanya menjual kepada siapa yang mau membeli,” urainya.

    Jafar dan Tris berharap pemerintah daerah khususnya pihak Dinas Pertanian melalui Kecamatan bisa memberikan mereka bantuan peralatan bertani layaknya petani sayur pada umumnya.

    “Kami ini hidup dan mati bekerja jadi petani sayur ini, kami tidak punya keahlian lain, selama ini petani lain selain kami sudah sering mendapat bantuan, tapi kami belum pernah,” tutupnya.

    (drm/beritasampit.co.id)