15 Tahun di Mekarkan, Masyarakat Harapkan Ada SPBU Untuk Mereka, Bukan Untuk Pelangsir

    KUALA PEMBUANG – Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimatan Tengah, secara resmi memisahkan diri dari Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) pada 5 Agustus 2002 lalu, Ibu Kota yang terletak di Kota Kuala Pembuang, hingga kini tak memiliki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang diperuntukan untuk bagi masyarakatnya.

    Dari pantauan beritasampit.co.id, Kuala Pembuang terdapat 2 SPBU, Satu SPBU belum beroperasi walau sudah dibangun 5 Tahun yang lalu dan ada satu SPBU yang hanya diisi oleh para pelangsir minyak.

    Kondisi ini tentu saja seperti daerah terpencil. Padahal, Kabupaten Seruyan termasuk daerah yang maju, bisa dilewati disemua jalur, dari Kota Sampit (Kotim) hanya menempuh jalur darat sekitar 3 Jam Setengah Saja, tentu saja tidak wajar jika masyarakat tak bisa nikmati BBM bersubsidi.

    Hal ini pun dikeluhkan masyarakat di kabupaten berjuluk Gawi Hatantiring. Masyarakat setempat hingga kini juga tidak bisa menikmati dengan nyaman subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dari pemerintah karena dikuasai oleh para pelangsir.

    Ditambah lagi, harga BBM diwilayah itu untuk premium dijual dengan harga Rp8.500 perliter, Perlatine Rp8.800 dan Pertamax Rp9.800, itu pun didapat dari Pertamini yang dijual oleh masyarakat.

    “Kita berharap ya adalah satu Pom Bensin saja untuk masyarakat. Paling tidak kami bisa merasakan subsidi yang diberikan pemerintah,” kata Misnah, kepada beritasampit.co.id, Sabtu,(15/7/2017).

    Sementara itu salah satu penjual Pertamini saat dibincang-bincangi beritasampit.co.id, saat ditanyakan dari mana mereka mendapatkan BBM jenis Premium, Pertalite, dan Pertamax mengatakan bahwa didapat dari pelangsir.

    “Kadang beli dengan orang yang melangsir, bila tidak ada kami membeli dari Pom yang ada di Samuda (red/Kotim),” ucap salah satu penjual Pertamini yang tidak mau disebutkan namanya, Sabtu (15/7/2017).

    (bnr/beritasampit.co.id)