Guru Zuhdi Ziarah ke Makam Syech Haji Abu Hamid Al Alimullah di Desa Samuda Besar

    SAMPIT – Salah satu Ulama Kharismatik asal Kalimantan Selatan (Kalsel) yang akrab disapa Guru Zuhdi menziarahi makam Syech Haji Abu Hamid Al Alimul Alamah Mukti Syech H. Muhammad As’ad atau Datu Kelampayan Al Bajari yang jasadnya berkubur di kawasan Pantai Desa Samuda Besar, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan(MHS) Samuda, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).

    Guru Zuhdi tiba bersama rombongan sekitar pukul 11.30 WIB. Dan Langsung turun melewati Pintu Gebang Desa, Jalan Mad Said atau jalan desa menuju makam kubah yang berjarak sekitar 3,2 kilometer berada dipusaran kawasan depan Sungai Mentaya dan berdampingan dengan tak jauh dari anak Sungai desa Samuda Besar.

    Kedatangan Ulama Kharismatik bersama rombongan menggunakan beberapa buah unit mobil. Semua rombongan turut berziarah ke Makam Ulama Besar asal Martapura yang jasadnya berkubur di desa itu. “Ada sebanyak 8 buah mobil yang berziarah ke makam itu, ” Kata Plt Camat Mentaya Hilir Selatan, Muhammad Huzaifah kepada beritasampit.co.id, Senin(8/1/2018) siang.

    Ditambahkannya, kedatangan Guru Zuhdi dan rombongan menarik minat pengunjung lain yang turut berdatangan ke wilayah itu. Turut hadir dari Kementrian Agama Kabupaten Kotim H Syamsudin beserta pejabat lainnya.

    Sementara itu, Kepala Desa Samuda Besar sangat terharu atas kunjungan Ulama Kharismatik dari kota Banjarmasin yang merupakan salah satu tujuan wisata religi kewilayahnya.

    “Kami selaku masyarakat desa sangat berterima Kasih atas kedatangan para Ulama disini,” kata Kades Muslikhul Amin. Dia menuturkan sepenggal sejarahnya, bahwa kisah zaman dulu katanya, dari orang-orang tetuha kampung setempat, ada dikubur jasad seorang ulama besar yang sudah dimandikan di daerah laut yang merupakan daerah pantai Ujung Pandaran.

    “Satu kuburan karomah yang namanya Syech Abu Hamid dari Martapura yang kala itu berlayar mensyiarkan agama Islam, ” ujarnya bercerita. Diketahui makam memang karomah wilayah itu ketika gerusan dari arus air anak Sei desa Samuda Besar dan ditambah arus Sungai Mentaya yang juga deras.

    Secara logika setidaknya tanah kawasan itu yang sudah berabad lamanya pastinya tanahnya longsor. Keajaiban itu, tanahnya sekitarnya tak pernah tergurus arus anak sungai desa Samuda Besar yang deras maupun sungai besar Mentaya yang dilalui kapal-kapal besar yang hikir mudik melwati wilayah itu.

    “Sekitar pemakaman itu tak pernah kena longsor atau abrasi pantai, ” kata Kades.
    Diceritakan Kades, kisah pernah pada tahun 2015 seorang Syech dari tanah Jawa berkunjung ke derah Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit.

    Sang Habib yang di dampingi Almarhum Guru KH. Kapul Anwar, seorang ulama wilayah selatan waktu itu sedikit heran kala sesampai kawasan pantai Ujung Pandaran biasa-biasa saja, ujarnya bercerita.

    Ketika rombongan pulang balik dari wilayah kawasan wisata itu menuju ke daerah Samuda, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. “Ketika melewati desa Samuda Besar dekat sebuah Musala sang Habib langsung mengucapkan Takbir yang merupakan penglihatan batin yang awas ke Makam tersebut,” ujarnya bercerita karomahnya makam itu.

    Atas penglihat mata batin itulah mereka lantas mengunjungi makam Syech yang mereka cari tersebut dan itu sengaja tak dipublikasikan. Mereka beberapa orang habib tadi langsung berziarah ke Makam Ulama Besar Syech Abu Hamid tersebut, ujarnya. Sementara usai berziarah ke Samuda, romobongan langsung menuju Ujung Pandaran, Kecamatan Teluk Sampit.

    (mar/beritasampit.co.id)