Pernyataan Kuasa Hukum terkait Insiden Pelantaran Dibantah Keluarga Korban

IST/BERITA SAMPIT - Ornella Monty (kiri) dan Hardy P Hadi (kanan)

SAMPIT – Ornella Monty, Kuasa Hukum masyarakat menuturkan kronologi awal insiden bentrok berdarah di Pelantaran Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) .

Ia menyampaikan berdasarkan keterangan korban Fani, dirinya bersama Saudi mendatangi orang yang panen dari pihak Hok Kim alias Acen kemudian mereka menegur dan bicara baik-baik supaya jangan panen.

“Kemudian pihak sebelah tidak terima dan langsung membacok mereka,” katanya, Rabu 13 September 2023.

Kemudian Fani dan Saudi juga melakukan perlawanan sampai akhirnya terjadi keributan, massa murka sudah dua pekan mereka menduduki lokasi perkebunan.

Mendengar ada keributan warga sekitar pun datang ke lokasi dan melihat kedua korban sudah tergeletak bersimbah darah.

Salah satu korban meninggal dunia saat sampai di Puskesmas Pundu yaitu Saudi dan korban luka berat Fani di rujuk di RS Siloam Palangka raya, dan Selasa 12 September 2023 pagi dioperasi.

“Dan dari pihak massa Acen sudah melarikan diri dari lokasi saat warga datang menolong,” ujarnya.

Pernyataan Ornella dibantah oleh Hardy P Hadi, keluarga dari penjaga kebun milik Acen tersebut. Justru sebaliknya kata dia pihak Fani, Saudi bersama puluhan pasukan Alpin Laurence Cs yang terlebih dahulu menyerang Cuncun, Deny dan Hartoyo yang saat itu menegur mereka ketika hendak melakukan pemanenan sawit.

“Jangan membalikan fakta seolah-olah mereka yang diserang, karena mereka (Cuncun Cs) saat itu ada di lokasi jaga kebun itu, kita juga sayangkan lihat saja korban dari sebelah yang terluka dan meninggal itu identitasnya orang Kalimantan Selatan sana yang sengaja mereka datangkan untuk menghabisi mereka yang ada di kebun itu, mereka tahu situasi saat itu di kebun hanya tersisa enam orang saja, karena kami ada yang sedang keluar pulang dan ada besuk keluarga, sehingga mereka serang,” tegas Hardy.

Hardy mengaku keluarganya (Cuncun Cs) saat itu sebenarnya tidak mau menyerang terlebih dahulu, karena mereka diserang dan melihat salah satu temannya terluka hingga mereka bertiga melakukan perlawanan dengan jumlah lawan yang tidak sebanding tersebut.

Tidak hanya itu Hardy juga mempertanyakan kapasitas kuasa hukum warga Desa Pelantaran tersebut, menurutnya warga Desa Pelantaran yang mana yang diakuinya tersebut.

“Dia kuasa hukum warga Pelantaran, saya tanya warga Pelantaran yang mana,” tegas tokoh adat di Antang Kalang ini.

Hardy juga mengaku sebelum pertumpahan darah ini terjadi, sempat pertikaian hampir terjadi pada 17 Agustus 2023 terlihat dari video yang beredar dirinya sudah menyampaikan kejadian itu kepada pihak terkait termasuk pemerintah setempat dan penegak hukum agar menindaklanjutinya sehingga tidak terjadi kejadian semacam ini.

“Namun saat saya laporkan tidak ada tindaklanjut dari mereka, akhirnya apa yang saya khawatirkan terjadi,” tegasnya.

(Nardi)

Follow Berita Sampit di Google News