NANGA BULIK – AKBP Bronto Budiyono, sosok yang kini dikenal sebagai Kapolres Lamandau, punya perjalanan hidup yang tak biasa.
Lahir di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada 27 Oktober 1976, Bronto telah melalui perjalanan panjang, dari kehidupan sederhana hingga menduduki jabatan penting di kepolisian.
Dedikasinya pada masyarakat dan ketegasannya dalam menegakkan hukum mencerminkan bahwa Bronto bukan sekadar sosok biasa di balik seragam.
Bronto memulai pendidikan di Pati, sebuah kabupaten yang dikenal dengan kedamaiannya. Setelah lulus SD pada 1989, ia melanjutkan pendidikan ke SMP dan kemudian ke STM, yang diselesaikannya pada 1995.
Saat itu, ia bercita-cita untuk berbuat lebih bagi masyarakat. Tahun 1996 menjadi langkah awalnya mengabdi sebagai Bintara di Polri.
Penempatan pertamanya di Polres Pekalongan, tempat di mana ia semakin mendalami arti tanggung jawab sebagai seorang penegak hukum.
Namun, perjalanan hidup Bronto tak berhenti di sana. Tahun 2000, ia berhasil masuk Akademi Kepolisian (Akpol) dan menempuh pendidikan selama tiga tahun. Setelah lulus, penempatan pertamanya adalah di Kupang, NTT.
Selama bertugas di sana, Bronto mengemban berbagai posisi strategis, dari Kanit Lidik Sat Reskrim hingga Wakapolsek Kelapa Lima.
Tantangan di Kupang pun diketahui tidaklah sedikit dengan berbagai dinamika tindakan kejahatan, tetapi ketekunan dan integritasnya membuat ia semakin disegani.
Pada 2009, Bronto dipindahkan ke Polda Kalimantan Tengah, yang kelak menjadi tempat di mana namanya semakin dikenal dengan penanganan berbagai kasus.
Di Kalimantan Tengah, ia dipercaya memimpin berbagai posisi strategis, salah satunya sebagai Kasat Reskrim Polres Kapuas. Saat itu, ia tak hanya menangani kasus-kasus biasa, tetapi juga kasus-kasus besar yang penuh dengan tantangan.
Kariernya pun terus naik hingga ia menjabat sebagai Wakapolres Palangka Raya sebelum akhirnya ditempatkan di Kabupaten Lamandau.
Sejak Juni 2022, Bronto resmi dilantik menjadi Kapolres Lamandau. Di sinilah ia menorehkan sederet prestasi, salah satunya adalah membawa Polres Lamandau meraih predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dari KemenPAN RB pada 2023.
Prestasi lainnya adalah keberhasilannya mengungkap kasus narkotika terbesar di Lamandau, dengan barang bukti 90 kg sabu dalam waktu lima bulan.
Sebuah pencapaian yang luar biasa mengingat Kabupaten Lamandau bukanlah kota besar, tetapi merupakan jalur lintas provinsi antara Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, dan peredaran narkoba di wilayah itu ternyata sangat masif.
Bronto bukan hanya terkenal karena ketegasannya, tetapi juga karena kepeduliannya. Ia memprioritaskan perbaikan sarana dan prasarana bagi anggota Polres, termasuk merenovasi kantor Polres Lamandau dan mendirikan taman kanak-kanak Kemala Bhayangkari untuk pendidikan anak-anak usia dini di wilayah tersebut.
“Bukan hanya soal menangani kasus, tapi juga soal bagaimana kita bisa lebih peduli pada kesejahteraan anggota dan mengidukasi masyarakat,” ujar Bronto.
Bronto bukan sosok yang lahir dari keluarga yang sederhana. Ia adalah anak ketiga dari lima bersaudara, buah hati dari pasangan Almarhum H. Sukijan dan Hj. Kasminah.
Kesederhanaan keluarganya tak membuatnya menyerah. Justru, itu yang membuatnya bekerja keras, meraih mimpi demi mimpi seolah dianggap mustahil, dan berjalan waktu dirinya selalu menorehkan prestasi yang kini dirasakan oleh masyarakat Lamandau.
“Melihat perjalanan saya ini, saya harap bisa jadi inspirasi bahwa siapa pun bisa berbuat banyak untuk orang lain, asal punya niat kuat dan tidak gampang menyerah,” ucapnya dengan penuh keyakinan.
Dari Kabupaten Pati hingga menjadi pemimpin di Kalimantan Tengah, menjadi Kepala kepolisian di Kabupaten Lamandau, AKBP Bronto Budiyono adalah contoh nyata bagaimana keteguhan hati dan sang pekerja keras bisa membawa seseorang melampaui batas-batas geografis dalam sosok dirinya, juga budaya, dan impian.
Kini, warga Lamandau beruntung memiliki sosok pemimpin yang tak hanya berprestasi, tetapi juga punya hati yang tulus untuk melayani.
(andre)