Kolatlena Dukung UIN AM Sangadji Ambon Jadi Mercusuar Perdamaian dan Inovasi Sosial di Maluku

Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Gerindra Dapil Maluku Alimudin Kolatlena.

JAKARTA– Anggota Komisi VIII DPR RI yang membidangi urusan agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan, Alimudin Kolatlena menyatakan dukungan penuh terhadap potensi Universitas Islam Negeri (UIN) Abdul Muthalib Sangadji Ambon untuk menjadi mercusuar perdamaian dan inovasi sosial di Maluku.

Dukungan legislator Gerindra ini sejalan dengan seruan Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, yang baru-baru ini menyerukan agar kampus-kampus di Maluku menjadi pusat perdamaian dan inovasi sosial untuk menjaga toleransi.

Menurut Kolatlena, kampus idealnya punya potensi besar untuk mendorong dialog lintas budaya, menyelesaikan konflik melalui diskusi dan menciptakan solusi inovatif.

Mantan Presma IAIN (sekarang UIN) ini juga menyoroti peran strategis perguruan tinggi keagamaan dalam memajukan harmoni sosial dan pembangunan berbasis kearifan lokal.

Kolatlena mengatakan sebagai Universitas berbasis keislaman di wilayah dengan populasi muslim dan kristen yang seimbang, maka UIN AM Sangadji memiliki posisi strategis menjembatani perbedaan.

“Dengan memanfaatkan identitasnya sebagai institusi keislaman yang inklusif, UIN AM Sangadji Ambon dapat menjembatani perbedaan dan memupuk harmoni di Provinsi Maluku,” tutur Kolatlena, Jumat 30 Mei 2025.

Mantan Anggota DPRD Provinsi Maluku ini mengaku dalam konteks Maluku yang kaya akan budaya namun rentan terhadap konflik, maka UIN diharapkan harus menjadi pelopor “Maluku Harmoni”, sebuah visi di mana perdamaian dan kemajuan sosial berjalan seiring, menginspirasi tidak hanya Maluku, tetapi juga Indonesia secara keseluruhan.

BACA JUGA:  Golkar Komisi XII DPR RI Dukung Proyek Ekosistem Baterai Listrik di Halmahera Timur

Selain itu, lanjut Kolatlena, UIN AM Sangadji juga berpotensi besar sebagai inkubator inovasi sosial, di mana Maluku menghadapi tantangan seperti kemiskinan dan ancaman perubahan iklim.

“Artinya, kampus ini bisa mengembangkan solusi berbasis komunitas, seperti teknologi untuk nelayan atau program kewirausahaan sosial yang mengintegrasikan nilai-nilai Islam,” imbuh Kolatlena.

Komisi VIII DPR RI menekankan pentingnya literasi digital untuk melawan narasi radikalisme di media sosial, mengingat Maluku memiliki kerentanan terhadap isu-isu sensitif.

“Saya berharap UIN Abdul Muthalib Sangadji dapat menjadi teladan bagi kampus lain di Indonesia. Maluku Harmoni bukan hanya slogan, tetapi visi yang bisa diwujudkan melalui pendidikan dan inovasi,” pungkas Alimudin Kolatlena.

Diketahui, Gubernur Maluku Hendrik Lewerissa menyerukan agar kampus di daerah menjadi pusat perdamaian dan inovasi sosial untuk menjaga toleransi antarsemua golongan.

BACA JUGA:  Waka Dekopin: Koperasi Desa Merah Putih Dorong Pemberdayaan Ekonomi Lokal

“Kita ingin kampus ini tidak hanya menjadi tempat belajar, tapi juga menjadi pusat perdamaian dan inovasi sosial,” kata Hendrik.

Hendrik menilai UIN Abdul Muthalib harus menjadi motor penggerak lahirnya generasi muda Maluku yang unggul dalam ilmu pengetahuan, kokoh secara spiritual, punya visi kebangsaan yang kuat, egaliter, akomodatif terhadap kearifan lokal, dan tangguh menghadapi era kompetisi global saat ini.

“Kita hidup di tengah arus besar transformasi global, dunia sedang bergerak cepat menuju masyarakat digital dan ekonomi berbasis pengetahuan, artinya, perguruan tinggi tidak bisa lagi berjalan dengan pola lama, tantangan ke depan sangat nyata dan kompleks,” pungkas Gubernur Hendrik.

(Adista)