Pasien Meninggal Akibat Lambat Dirujuk, DPRD Kalteng Desak Evaluasi Layanan RSUD Murjani Sampit

SYAUQI/BERITA SAMPIT - Anggota DPRD Kalteng, Sutik saat diwawancarai awak media.

PALANGKA RAYA – Dugaan kelalaian medis kembali mencuat di Kalimantan Tengah. Seorang pasien dilaporkan meninggal dunia setelah diduga terlambat mendapat rujukan ke rumah sakit di Palangka Raya. Ironisnya, pasien tersebut harus menunggu hingga 10 jam sebelum dirujuk.

Menanggapi peristiwa ini, Anggota DPRD Kalteng, Sutik, angkat bicara. Ia mendesak pemerintah daerah segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelayanan RSUD dr. Murjani Sampit.

“Kemarin itu sudah saya komunikasi juga ke RSUD Murjani,” kata Sutik, Kamis, 24 Juli 2025.

Sutik mengungkapkan bahwa dirinya juga pernah menjadi korban dari pelayanan RSUD Murjani Sampit yang merupakan rumah sakit milik pemerintah.

“Bahkan saya dulu juga pernah jadi korban. Orang tua saya baru masuk, ditanya sakitnya apa, lalu diberi minum seperti obat, tapi tidak disiapkan air minum. Itu keselek, langsung meninggal dunia. Sempat emosi juga, namanya orang tua,” ujarnya.

Politisi dari Fraksi Gerindra Dapil II, Kotim Seruyan ini menegaskan, evaluasi terhadap pelayanan RSUD Murjani adalah hal yang wajib dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

“Evaluasi itu wajib. Tapi kalau dibandingkan dulu, ini sudah mendingan. Dulu lebih parah pelayanannya. Alhamdulillah sekarang sudah mulai membaik, tapi tetap masih kurang,” ucapnya.

Menurut Sutik, kekurangan di RSUD Murjani masih cukup terlihat, terutama bila dibandingkan dengan pelayanan di rumah sakit swasta atau rumah sakit di Pulau Jawa.

BACA JUGA:  Nasdem Tekankan Pemerataan Pembangunan dan Perhatian terhadap Wilayah Terpinggirkan di RPJMD Kalteng

“Pelayanan masih jauh (kalau dibandingkan) dengan swasta atau rumah sakit di Jawa,” tegasnya.

Ia juga menilai kehadiran rumah sakit swasta di Sampit sangat diperlukan untuk mendorong persaingan sehat dalam peningkatan kualitas layanan kesehatan.

“Sangat perlu rumah sakit swasta, biar ada saingannya. Kalau ada RS swasta, saingannya pasti merata bagus. Swasta bisa memberi contoh juga, supaya nanti kalau pelayanan bagus di swasta, yang umum juga ikut bagus,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menyarankan agar di Sampit minimal tersedia tiga rumah sakit, mengingat perkembangan kota yang semakin pesat.

“RSUD Murjani alatnya sudah ada dan mumpuni, tapi tenaganya yang kurang,” imbuhnya.

Diketahui sebelumnya, salah satu anggota keluarga pasien berinisial RN (29),  mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambatnya penanganan di RSUD Murjani Sampit, pasalnya keluarganya meninggal setelah 10 jam menunggu untuk dirujuk di RSUD di Palangka Raya.

Kejadian itu terjadi saat RN membawa keluarganya yang dalam kondisi kritis ke rumah sakit pada Minggu malam, 20 Juli 2025, sekitar pukul 18.30 WIB. Menurut RN, dokter menyatakan pasien harus segera dirujuk ke Palangka Raya. Namun proses rujukan justru baru dilakukan pada pukul 04.00 WIB keesokan harinya.

BACA JUGA:  Maling Beraksi, Ponsel Hingga Motor Raib!

“Kami sampai di rumah sakit sekitar pukul 18.30 WIB, tapi pihak rumah sakit bilang keluarga saya harus dirujuk ke Palangka Raya, dan dirujuknya menunggu pukul 04.00 WIB,” kata RN.

Sebelumnya, pasien telah didiagnosa mengalami penyumbatan jantung dan dokter di RSUD Hanau telah merekomendasikan pemasangan ring jantung. Namun, menurut RN, selama menunggu hanya diberikan oksigen.

“Kami menunggu lama, cuma dikasih oksigen untuk keluarga saya, padahal sudah ada diagnosa dari Hanau,” ujarnya.

Tragisnya, pasien meninggal dunia sekitar pukul 00.30 WIB, sebelum sempat diberangkatkan ke rumah sakit rujukan.

“Karena lambat, keluarga saya meninggal. Saya tidak bisa menyangkal kematian keluarga saya, tetapi paling tidak ada tindakan sebelum itu,” keluh RN.

Ia juga mempertanyakan apakah lambatnya penanganan disebabkan penggunaan BPJS Kesehatan.

“Apa karena pakai BPJS, makanya lambat?” tutup RN.

(Syauqi)