
SAMPIT – Peristiwa berdarah yang terjadi di Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) yang merenggut nyawa diketahui berawal dari anak buah Alpin Lawrence melakukan aksi penanaman buah sawit secara paksa pada lahan sengketa itu.
“Saat kejadian itu di lokasi ada enam orang yang sedang berjaga di kebun itu, saat mereka berjaga mendengar ada suara orang berisik di bagian belakang kebun. Saat dilakukan pemeriksaan ternyata ada aksi pencurian buah kelapa sawit,” ucap Bambang yang merupakan keluarga dari para penjaga kebun itu via telepon seluler, Senin 11 September 2023 malam.
Lebih detail Bambang menjelaskan, dari keenam orang itu hanya tiga orang yang berangkat melakukan pemeriksaan sementara tiga orang lainnya menunggu di base camp.
Ketiga orang yang melakukan pengecekan itu yakni, Hartoyo, Deni dan Cuncun. Sesampainya di lokasi mereka mendapati ada sembilan unit pikap yang digunakan oleh para anak buah dari Alpin Lawrence, anak buah Hokim alias Acen sempat menegur para anak buah Alpin Lawrence dan mencoba menurunkan buah sawit dari unit mobil pikup dari total sembilan pikap yang dipakai.
Tidak terima dengan aksi yang dilakukan oleh Hartoyo dan kawan-kawan, anak buah dari Alpin Lawrence langsung melakukan aksi pembacokan ke arah anak buah Hokim alias Acen.
Tidak terima dengan kejadian itu, Hartoyo, Deni dan Cuncun pun melakukan perlawanan.
“Berdasarkan pengakuan keluarga saya yang menjaga kebun itu, mereka diserang lebih dulu orang-orang suruhan dari Alpin Lawrence. Tidak terima dengan hal itu mereka melakukan perlawanan hingga ada korban jiwa akibat perkelahian menggunakan parang itu, informasi yang saya dengar si korban ini merupakan orang bayaran dari Pelaihari Kalimantan Selatan,” beber Bambang.
Lebih lanjut ia menyampaikan, berdasarkan informasi yang disampaikan oleh keluarganya. Pihak yang melakukan panen sawit secara paksa (red-anak buah dari Alpin Lawrence) tersebut datang menggunakan pikap, setiap pikap berisi lima sampai sepuluh orang.
“Dari pengakuan keluarga saya total nya ada sembilan pikap, jumlah mereka yang melakukan panen sawit secara paksa itu ada sekitar 80 an orang. Karena setiap satu pikap berisi lima sampai sepuluh orang,” katanya.
Sementara itu Bambang menambahkan, untuk saat ini sejak kejadian peristiwa sekira pukul 11.30 WIB terjadi situasi dan kondisi di kejadian perkara sudah kondusif karena setelah tersebarnya informasi kejadian aparat kepolisian dari Polsek Cempaga Hulu dan anggota polisi dari Polres Kotim langsung turun ke lapangan.
“Untuk saat ini kondisi di lapangan sudah aman dan kondusif, karena pihak kepolisian setelah kejadian sudah berada di lokasi. Kalau informasi lebih lengkap soal para korban dari pihak Alpin Lawrence saya tidak terlalu mengetahuinya,” demikian Bambang. (im).