BELAKANGAN ini RSUD dr Murjani Sampit terus menjadi sorotan soal pelayanan yang menuai banyak keluhan, bahkan dari catatan kami, ini terjadi berturut-turut sejak mencuatnya berita yang cukup menarik perhatian pada Oktober 2024 lalu setelah salah satu keluarga pasien Siti Fathonah mengungkapkan kekesalannya lantaran antrean yang dicancel.
Pasca kejadian itu rumah sakit dipanggil DPRD Kotim dengan menghadirkan pihak pemerintah daerah termasuk Komunitas Peduli Kotim turut diundang dalam pertemuan itu, namun sayang seakan hasil dari rapat itu hanya dipandang sebelah mata, rekomendasi dari DPRD Kotim bak “bungkus kacang”.
Saat DPRD Kotim melanjutkan kegiatan itu dengan sidak ke rumah sakit, dihadapan mata sendiri mereka menemukan hasil keluhan yang sama, termasuk saya sendiri pada 3 Desember 2024 lalu, sudah datang di rumah sakit ketika mengantar anak cek rutin berobat, antrean yang didaftar secara online sekitar dua pekan sebelumnya tiba-tiba dicancel tanpa adanya penjelasan dan solusi yang jelas hingga di awal tahun ini setidaknya kejadian soal pelayanan dikeluhkan lagi.
Jadi tanda tanya dibenak saya, apa yang terjadi dengan rumah sakit ini?, apakah hanya sekedar pelayan saja atau ada masalah besar yang saat ini belum mampu diurai hingga berdampak pada pelayanan mereka.
Saya sendiri melihat masalah yang terjadi bukan hanya dialami Siti Fathonah, saya dan temuan sidak DPRD saja. Saat saya coba memposting isu ini di akun media sosial, soal berita keluhan pelayanan rumah sakit, setidaknya ada ratusan pemilik akun yang mengungkapkan keluhan yang sama.
Saya mencoba mendiskusikan masalah ini dengan sejumlah orang dan melihat memang ada sejumlah masalah yang memang harus dituntaskan jika ingin rumah sakit dr Murjani bisa memang benar-benar jadi kebanggaan masyarakat Kotim. Beberapa isu yang saya tarik saat ini akan coba kita kupas!.
Saatnya di Kotim Hadir Rumah Sakit Swasta
BELUM lama ini saya juga bertemu dengan seorang dokter yang menyebutkan bahwa rumah sakit dr Murjani Sampit memang tidak memadai lagi melayani masyarakat Kotim, saatnya Kotim punya rumah sakit swasta, bahkan isu ini juga menjadi dorongan dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat hingga politisi.
Kotim dengan jumlah 443 ribu jiwa harusnya memiliki rumah sakit lebih dari satu, pelayanan akan tetap seperti ini jika terus menerus dibiarkan.
Sebagai contoh Palangka Raya yang jumlah penduduknya sedikit dari Kotim miliki rumah sakit lebih dari satu, Solo yang jumlah penduduknya hampir sama dengan Kotim miliki 14 rumah sakit.
Di sisi lain lagi kata dia, meski tidak pernah saya konfirmasi langsung dengan pihak rumah sakit, tipe rumah sakit Murjani Sampit B dengan status BLUD tidak sesuai dengan sarana dan prasarana yang mereka miliki.
Akankan di 2025 ini Pemkab Kotim bisa memikirkan kondisi ini, demi kemajuan daerah sehingga masyarakat benar-benar merasakan manfaat pelayanan kesehatan yang setiap tahun selalu didukung anggaran ratusan miliar rupiah ini.
Di sisi lain persoalan kekurangan dokter spesialis saat ini juga seakan tak mampu diatasi, padahal rumah sakit ini menyandang status terakreditasi paripurna.
Rumah Sakit Murjani Sampit Krisis Kepemimpinan
RUMAH sakit dr Murjani juga terlihat krisis kepemimpinan, SDM internal terlihat tidak mumpuni, bincang santai saya dengan anggota DPRD Kalteng Abdul Hafid yang mantan dewan pengawas rumah sakit juga menyebut, sulit sepertinya kepala daerah mencari orang yang bisa memimpin rumah sakit.
“Mengapa selama satu periode pak Halikinnor-Irawati tidak menunjukan definitif, ya saya melihat karena masih mau melihat, siapa yang layak,” kata Hafid saat itu.
Sejak lama rumah sakit tidak punya orang, karena memimpin rumah sakit tidak cukup hanya bertitle dokter saja, tapi sebaliknya adalah orang yang punya kemampuan untuk memimpin dan memiliki kualifikasi dan disegani secara leadership.
Saatnya kepala daerah mencari orang luar jika dari internal dinilai tidak ada yang layak, sehingga tidak membuat masyarakat menjadi korban atas kondisi ini.
Karena orang yang memiliki jiwa kepemimpinan ini sendiri harus memiliki bakat. Berpendidikan dokter, lulusan magister kesehatan sendiri tidak menjamin mampu mengelola rumah sakit.
Bisnis Bidang Kesehatan Tak Ada Matinya
CUKUP menarik perhatian setelah saya membaca beberapa waktu lalu berita dengan judul 6 Crazy Rich Indonesia yang punya bisnis rumah sakit terbit pada 24 Juli 2024 di CNBC Indonesia.
Bisnis bidang kesehatan saat ini memang tengah dilirik, karena tidak ada matinya. Seperti yang digeluti oleh Dato’ Sri Tahir, Martua Situros, keluarga Boenjamin Setiawan, Eddy Kusnadi Sariaadmadja, Mochtar Riady, dan Keluarga The Ning King.
Sehingga sangat lucu jika pengelolaan rumah sakit dibiarkan terus bermasalah, dan terkesan tidak masuk akal jika pengelolaannya dianggap tidak menghasilkan.
Pengelolaan rumah sakit yang profesional sebuah keharusan sehingga rumah sakit dr Murjani juga jangan sampai membuat ruang kapitalisme, menguntungkan pihak tertentu, karena di situ ada ratusan miliar rupiah perputaran uang setiap tahunnya.
Sehingga saya melihat, pelayanan yang jadi keluhan selama ini hanya diibaratkan persoalan kulitnya saja, tapi ada persoalan besar yang terjadi di dalamnya, yang bisa saja kita menduga dimanfaatkan pihak tertentu sehingga rumah sakit dr Murjani Sampit dibiarkan tersandera.
Belanja alat kesehatan beberapa tahun silam yang merugikan negara miliaran rupiah menjadi catatan sejarah yang tidak terlupakan, di mana untuk urusan itu saja bisa dimanfaatkan mencari keuntungan secara pribadi, sementara kegiatan di rumah sakit cukup banyak yang erat kaitannya dengan usaha.
Bahkan urusan parkir saja di rumah sakit saat ini menjadi rebutan, apalagi kegiatan lain.
Mengingat sejak status BLUD, rumah sakit mengelola keuangan sendiri, di sisi lain untuk program pembangunan hingga kepada kekurangan anggaran Pemkab bisa membantu mereka. Bisa dibayangkan APBD Kotim masih tersedot demi meningkatkan pelayanan yang optimal.
Tempatkan Orang Mampu, Bukan Orang Dekat
BELAKANGAN ini juga H Supriadi politisi senior Kotawaringin Timur, Ketua Komunitas Peduli Kotim Audy Valent hingga kepada beberapa tokoh pemuda dan aktivis di Kotawaringin Timur menyerukan kapan RSUD dr Murjani Sampit dibenahi, diisi oleh orang-orang yang mampu dan bukan orang dekat.
“Rumah Sakit dr Murjani Sampit jangan sampai diisi oleh para tim sukses,” kata H Supriadi, belum lama inim
Begitu juga dengan Audy Valent, dia menegaskan agar ada perombakan di manajemen rumah sakit, dengan menunjuk orang yang profesional di dalamnya. Dari situ nanti akan terlihat siapa sebenarnya pemain atau orang yang cawe-cawe di rumah sakit ini, bahkan dirinya mendorong agar Ombudsman RI hingga aparat penegak hukum turun tangan untuk membersihkan persoalan di rumah sakit ini.
Terobosan ini harus dilakukan, kepala daerah harus berani, karena ini untuk nama baik kepala daerah, nama baik Kotim dan demi masyarakat Kotim.
Tidak berlebih-lebihan rasanya tuntutan ini disampaikan sebagai masukan, sebagai bagian kecintaan terhadap suksesnya kepemimpinan Halikinnor dan Irawati untuk lima tahun kedepan.
(Oleh Nako,S.Kom,SH/Pemimpin Redaksi Berita Sampit)