
SAMPIT – Penutupan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Tahun Ajaran 2025/2026 di SMP Negeri 4 Sampit Kotawaringin Timur (Kotim) berlangsung meriah dan sarat makna pada Jumat 18 Juli 2025.
Kegiatan dimulai dengan senam bersama yang diikuti seluruh siswa baru, guru, dan staf, lalu dilanjutkan sarapan bersama oleh peserta MPLS di halaman sekolah dengan membawa bekal masing-masing dari rumah.
Setelah sarapan bersama, agenda penting dalam penutupan MPLS adalah pembacaan deklarasi bersama yang diikuti seluruh murid, guru, dan orang tua siswa. Tiga deklarasi dibacakan secara bergantian yakni Deklarasi Anti Kekerasan dan Perundungan (Bullying), Deklarasi Sekolah Ramah Anak, serta Deklarasi 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
Dalam Deklarasi Anti Kekerasan dan Perundungan, seluruh warga sekolah SMPN 4 Sampit menegaskan penolakan terhadap segala bentuk kekerasan baik verbal maupun fisik. Siswa diajak untuk menjunjung tinggi nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, bertindak dengan akhlak mulia, menghargai keberagaman, serta menyebarkan pesan positif.
Deklarasi Sekolah Ramah Anak menekankan komitmen sekolah menciptakan lingkungan yang aman, bersih, sehat, inklusif, dan nyaman bagi tumbuh kembang anak. Selain itu, sekolah juga bertekad menjadi tempat belajar yang terbebas dari rokok, narkoba, kekerasan, pornografi, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sementara itu, Deklarasi 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat mengajak seluruh siswa membiasakan diri bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, tidur tepat waktu. Tujuh kebiasaan ini ditanamkan sejak dini untuk membentuk generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Kepala SMP Negeri 4 Sampit, Anjar Subiantoro, dalam sambutannya menyampaikan bahwa penutupan MPLS kali ini bukan hanya sekadar formalitas, melainkan bagian dari proses membangun karakter dan jati diri siswa.
“Kegiatan MPLS kami laksanakan dengan semangat kolaborasi. Selain pengenalan lingkungan sekolah, siswa juga mendapat materi intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler,” ujarnya.
Materi 7 Kebiasaan Anak Hebat menjadi pokok utama. Selain itu, siswa juga dikenalkan dengan profil lulusan berkarakter melalui 8 dimensi yaitu keimanan ketakwaan, kebangsaan, penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, kemandirian, kesehatan, dan komunikasi.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa kegiatan penanaman pohon sebagai bagian dari pembentukan karakter tanggung jawab dan gotong royong juga menjadi bagian dari MPLS tahun ini. Pohon yang ditanam merupakan kearifan lokal Kotim.
Selain itu, siswa juga mengikuti sejumlah penyuluhan penting, antara lain sosialisasi perlindungan hak anak oleh Dinas Perlindungan Perempuan dan Anak, penyuluhan tertib berlalu lintas dari Satlantas Polres Kotim yang mengingatkan bahwa sepeda listrik tidak boleh digunakan di jalan raya oleh anak-anak yang belum memiliki KTP dan SIM. Hal ini menjadi perhatian bersama karena akses jalan ke sekolah melalui jalan Juanda yang ramai lalu lintasnya.
Siswa juga mendapat edukasi mitigasi bencana oleh Dinas Damkar melalui simulasi langsung yang sangat bermanfaat bagi siswa, bahkan guru, dan staf dalam memahami langkah pencegahan dan tindakan saat bencana terjadi.
Jumlah siswa baru yang mengikuti MPLS tahun ini sebanyak 286 orang dan dilaksanakan pelepasan atribut MPLS secara simbolis. Acara penutupan turut dihadiri oleh Kasi Kurikulum dan Penilaian SMP Dinas Pendidikan Kotim, Herman Yudianto. Dalam sambutannya, ia memberikan apresiasi atas kelancaran pelaksanaan MPLS di SMPN 4 Sampit.
“Selamat kepada adik-adik kelas 7 yang hari ini resmi menjadi murid SMPN 4 Sampit. Kemarin masih calon siswa, sekarang sudah melepas atribut SD dan menjadi bagian dari sekolah ini,” katanya.
Ia menekankan bahwa deklarasi yang telah dibacakan bukan sekadar ucapan, tetapi harus dihafal dan dilaksanakan. Menurutnya, bagian tersulit dari deklarasi 7 kebiasaan anak hebat adalah menjalankannya.
“Anak hebat itu bangun pagi tidak perlu dibangunkan orang tua, lalu langsung beribadah. Kebiasaan tidur cepat sangat penting, jangan dibiasakan begadang. Itu kebiasaan yang harus ditanamkan sejak sekarang,” tegas Herman.
Dinas Pendidikan juga memberikan pesan khusus kepada orang tua untuk lebih sabar dalam mendidik dan membimbing anak-anak mereka. Ia mengingatkan bahwa pendidikan pertama berasal dari rumah, dan sekolah hanya menjadi tempat anak berada selama 6 hingga 7 jam.
“Kolaborasi antara sekolah dan orang tua sangat menentukan keberhasilan masa depan anak-anak. Mari bersama kita bimbing anak-anak ini menjadi generasi yang unggul dan bertanggung jawab,” tutupnya.
Sebagai penutup rangkaian kegiatan, panitia juga memberikan penghargaan kepada peserta MPLS terbaik dari berbagai kategori. Penghargaan ini diberikan untuk memotivasi siswa agar terus meningkatkan kedisiplinan, kreativitas, dan semangat belajar sejak dini. (nardi)