PALANGKA RAYA – Kongres Nasional Pemuda Dayak Nasional pertama yang digelar di Palangka Raya dihadiri oleh 1.500 warga Dayak dari berbagai wilayah di Indonesia.
“Total peserta dan peninjau yang mengikuti Kongres Nasional I Pemuda Dayak Indonesia adalah sebanyak 1.500 orang yang berasal dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Jakarta dan Sabah Serawak,” kata Ketua Pelaksana, Thoeseg T.T. Asang di Palangka Raya, Senin (3/8/2015).
Ia menerangkan, Kalimantan Tengah selaku tuan rumah setidaknya mengirimkan 15 orang dari setiap kabupaten dan kota yang ada sehingga jumlah keseluruhan mencapai 500 orang.
Kemudian Kalbar 300 orang, Kaltim 200 orang, Kalsel 150 orang, Kaltara 75 orang, DKI Jakarta 10 orang dan dari Sabah Serawak 12 orang yang bertindak sebagai petugas.
“Mereka bertindak sebagai peserta dan peninjau yang masih ditambah masing-masing wilayah 25 orang dan juga peserta lainnya sehingga berjumlah kurang lebih 1.500 peserta,” kata Thoeseg saat memberikan sambutan.
Ia mengatakan, acara yang berlangsung dari 3 hingga 5 Agustus itu bertujuan untuk membahas isu-isu strategis di antaranya mengubah paradigma pemikiran masyarakat Dayak agar semakin mencintai dan melestarikan budayanya.
“Agar budaya tidak kita tidak tergerus budaya asing. Kita juga menyiapkan kualitas pemuda Dayak sehingga dapat terlibat penuh dalam pembangunan dan menghadapi persaingan global,” kata dia.
Selain itu, lanjutnya, guna menjalin persatuan dan kesatuan sesama masyarakat dayak ataupun antara masyarakat Dayak dengan warga lainnya.
Sementara itu, di sisi lain pihak Kementerian Dalam Negeri menyambut baik terselenggaranya Kongres Nasional I Pemuda Dayak se-Indonesia karena upaya berkontribusi sekaligus memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pernyataan ini disampaikan Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri Soedarmo, saat membuka Kongres Pemuda Dayak tersebut.
Dia mengatakan pemuda memiliki peranan strategis dalam menjaga kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, sehingga nilai kepemudaan harus dipertahankan dan jangan sampai luntur karena akan mengurangi kualitas hidup bangsa.
“Saat ini arus globalisasi memicu adanya krisis mental. Untuk itu, kongres Nasional I Pemuda Dayak se-Indonesia ini harus dijadikan momentum gerakan revolusi mental dalam mengubah cara berpikir, bekerja dan hidup yang lebih baik,” katanya.(ant/030815/beritasampit.com)